Sunday, 29 November 2015

DILEBIHI ATAU DIKURANGI ?

Sebuah toko khusus yang menjual buah, ada seorang pelayan toko yang tampaknya lebih disukai daripada pelayan lainnya.

Satu ketika, pemilik toko bertanya kepada pelayan itu.

Jawabannya ternyata sangat sederhana: "Saat menimbang, pelayan lain sering mengambil buah kebanyakan, lalu kemudian mengurangi buah itu sesuai timbangannya. Kalau saya melakukan yang sebaliknya. Saat awal mengambil buah, saya tidak mengambil terlalu banyak, lalu ketika ditimbang saya tambahi lagi sedikit demi sedikit agar pas dengan timbangan itu.”

Dilayani seperti ini ternyata pembeli senang, seolah-olah mereka merasa diuntungkan.

Buah yang ditakar sama, namun cara menimbang ternyata bisa membuat perbedaan besar.

Pembeli yang melihat bahwa buah itu ditambahkan sedikit demi sedikit dalam timbangannya ternyata lebih senang karena merasa dilebihi.

Sebaliknya, pembeli yang melihat bahwa buahnya dikurangi sedikit demi sedikit cenderung merasa kurang senang karena merasa buahnya dikurangi.

Padahal jumlahnya sama!

Kecenderungan  manusia: selalu ingin lebih, lebih, dan lebih lagi.

Demikian juga banyak orang percaya memandang kelimpahan secara keliru, yaitu minta ditambah, ditambah, dan terus ditambah demi kepuasan diri sendiri, padahal apa yang dimilikinya sudah lebih dari cukup.

Orang-orang seperti ini akan selalu merasa kurang walaupun semua kebutuhannya sudah tercukupi.

Jangan sampai kita memiliki sikap serakah seperti ini.

Syukurilah hidup kita.

Kekurangan dan kelebihan sama-sama kita syukuri sebab kita percaya bahwa TUHAN sudah mengatur hidup kita sedemikian rupa untuk mendatangkan kebaikan bagi kita pada akhirnya.


“Kita menikmati kehangatan karena pernah kedinginan.” (David L. Weatherford)

No comments: