Sebuah toko khusus yang menjual buah, ada seorang pelayan toko yang
tampaknya lebih disukai daripada pelayan lainnya.
Satu ketika, pemilik toko bertanya kepada
pelayan itu.
Jawabannya ternyata sangat sederhana:
"Saat menimbang, pelayan lain sering mengambil buah kebanyakan, lalu
kemudian mengurangi buah itu sesuai timbangannya. Kalau saya melakukan yang
sebaliknya. Saat awal mengambil buah, saya tidak mengambil terlalu banyak, lalu
ketika ditimbang saya tambahi lagi sedikit demi sedikit agar pas dengan timbangan
itu.”
Buah yang ditakar sama, namun cara
menimbang ternyata bisa membuat perbedaan besar.
Pembeli yang melihat bahwa buah itu
ditambahkan sedikit demi sedikit dalam timbangannya ternyata lebih senang
karena merasa dilebihi.
Sebaliknya, pembeli yang melihat bahwa buahnya
dikurangi sedikit demi sedikit cenderung merasa kurang senang karena merasa buahnya
dikurangi.
Padahal jumlahnya sama!
Kecenderungan manusia: selalu ingin
lebih, lebih, dan lebih lagi.
Demikian juga banyak orang percaya
memandang kelimpahan secara keliru, yaitu minta ditambah, ditambah, dan terus
ditambah demi kepuasan diri sendiri, padahal apa yang dimilikinya sudah lebih
dari cukup.
Orang-orang seperti ini akan selalu merasa
kurang walaupun semua kebutuhannya sudah tercukupi.
Jangan sampai kita memiliki sikap serakah
seperti ini.
Syukurilah hidup kita.
Kekurangan dan kelebihan sama-sama kita
syukuri sebab kita percaya bahwa TUHAN sudah mengatur hidup kita sedemikian
rupa untuk mendatangkan kebaikan bagi kita pada akhirnya.
“Kita menikmati kehangatan karena pernah
kedinginan.” (David L. Weatherford)