Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu pada ibunya
karena ada sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan
lembek.
”Anakku, Tuhan tidak memberikan pada kita bangsa kerang sebuah tanganpun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu.” kata sang ibu sambil bercucuran air mata.
...
”Sakit sekali”, erang anaknya itu.
”Aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam.
Kuatkan hatimu. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang
menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat” kata ibunya dengan sendu dan lembut.
Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa
sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia
meragukan
nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya.
Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya.
Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin
lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.
Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan
berharga terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi
mutiara; air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai
hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain
yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.
Saudaraku yang terkasih, cerita di atas adalah sebuah paradigma yang
menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk
menjadikan "kerang biasa" menjadi "kerang luar biasa". Dan ternyata
kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah "orang biasa" menjadi
"orang luar biasa". Jadi jika Anda sedang menderita hari ini, apa pun sebabnya, bersiap-siaplah menjadi "orang luar biasa".
Tak dapat disangkali bahwa hidup di dalam dunia adalah hidup penuh dengan penderitaan. Yesus berkata: ”Semuanya
itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku.
Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku
telah mengalahkan dunia.” (Yohanes 16:33). Kata yang digunakan Lembaga Alkitab Indonesia ”menderita penganiayaan” dalam bahasa Yunani menggunakan istilah ”thlipsis”
yang artinya: beban berat, pencobaan, kesulitan, bahkan penganiayaan
atau siksaan. Selama manusia hidup di dalam dunia ini thlipsis pasti
terjadi, tidak pandang bulu, tua – muda, besar – kecil, menghadapi
pergumulan hidup (penderitaan). Tapi Yesus berkata: ”Kuatkanlah hatimu.”
Jika kita tetap tegar dalam menghadapi masa-masa sukar, maka kita akan
mengalami kemenangan (mengalahkan dunia).
Kita memang tidak mengimani penderitaan dan tidak menciptakan
penderitaan dalam hidup ini. Namun bila penderitaan itu terjadi, kita
pun yakin bahwa hal itu harus terjadi dalam hidup kita. Namun sikap kita
sangat menentukan dalam menghadapi penderitaan tersebut. Menyerah kalah
atau berani menghadapi sampai meraih kemenangan di dalam Yesus Kristus.
Jika kita dapat bertahan dalam menghadapi penderitaan hidup ini, maka
kita pun semakin diproses menjadi manusia yang berharga seperti mutiara
tersebut. Penderitaan memang mendatangkan rasa sakit dan dukacita,
tetapi penderitaan itu akan berubah menjadi sukacita ketika kita berani
menghadapinya.
No comments:
Post a Comment