Thursday, 22 November 2012

Anak Kerang

Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu  pada ibunya karena ada sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan  lembek.

”Anakku, Tuhan  tidak  memberikan pada kita bangsa kerang sebuah  tanganpun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu.” kata sang ibu sambil bercucuran air mata.
...

”Sakit  sekali”, erang anaknya itu.

”Aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang  menggigit. Balutlah pasir itu dengan  getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat” kata ibunya dengan sendu dan lembut.

Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di  tengah kesakitannya, ia meragukan
nasihat  ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun  lamanya.

Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai  terbentuk dalam dagingnya.
Makin lama  makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin  lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih  wajar.
Akhirnya sesudah sekian tahun,  sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan
berharga terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi
mutiara; air matanya berubah menjadi sangat  berharga. Dirinya kini, sebagai
hasil derita  bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain
yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir  jalan.

Saudaraku yang terkasih, cerita di atas adalah sebuah paradigma yang  menjelaskan bahwa penderitaan adalah  lorong transendental untuk menjadikan "kerang biasa" menjadi "kerang luar biasa". Dan ternyata kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah  "orang biasa" menjadi
"orang luar biasa".  Jadi jika Anda sedang  menderita hari ini, apa pun sebabnya, bersiap-siaplah menjadi "orang luar biasa".

Tak dapat disangkali bahwa hidup di dalam dunia adalah hidup penuh dengan penderitaan. Yesus berkata: ”Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” (Yohanes 16:33). Kata yang digunakan Lembaga Alkitab Indonesia ”menderita penganiayaan” dalam bahasa Yunani menggunakan istilah ”thlipsis” yang artinya: beban berat, pencobaan, kesulitan, bahkan penganiayaan atau siksaan. Selama manusia hidup di dalam dunia ini thlipsis  pasti terjadi, tidak pandang bulu, tua – muda, besar – kecil, menghadapi pergumulan hidup (penderitaan). Tapi Yesus berkata: ”Kuatkanlah hatimu.” Jika kita tetap tegar dalam menghadapi masa-masa sukar, maka kita akan mengalami kemenangan (mengalahkan dunia).
Kita memang tidak mengimani penderitaan dan tidak menciptakan penderitaan dalam hidup ini.  Namun bila penderitaan itu terjadi, kita pun yakin bahwa hal itu harus terjadi dalam hidup kita. Namun sikap kita sangat menentukan dalam menghadapi penderitaan tersebut. Menyerah kalah atau berani menghadapi sampai meraih kemenangan di dalam Yesus Kristus. Jika kita dapat bertahan dalam menghadapi penderitaan hidup ini, maka kita pun semakin diproses menjadi manusia yang berharga seperti mutiara tersebut. Penderitaan memang mendatangkan rasa sakit dan dukacita, tetapi penderitaan itu akan berubah menjadi sukacita ketika kita berani menghadapinya.

No comments: